Cerita 7 : Perdana Menteri Jen Cie

Pada Dinasti Tang (), hiduplah seorang Perdana Menteri yang bernama Ti Liang Kung dengan gelar Jen Cie. Dia memiliki tinggi badan delapan kaki dan berwawasan luas. Semasa mudanya, dia amatlah tampan. Dan ada satu kali, demi untuk mengikuti ujian negara, dia pernah menginap di suatu penginapan.

Pada suatu hari, saat tengah malam, tiba-tiba datang seorang janda muda ke dalam kamarnya. Rupanya adalah menantu pemilik penginapan yang baru saja ditinggal mati oleh suaminya. Karena melihat Jen Cie amatlah tampan, maka tergerak hatinya, lalu dengan alasan ingin meminjam api, dia memasuki kamar Jen Cie dengan maksud untuk berselingkuh.
 
Nyatanya, sedikitpun Jen Cie tidak tergoyahkan hatinya. Malah dengan tenang berkata padanya, “Begitu melihat dirimu, aku menjadi ingat kata-kata seorang biksu tua”. Janda muda itu tidak mengerti maksud dari kata-katanya, lalu meminta penjelasan.
 
Jen Cie menjelaskan, “Dulu saya pernah belajar di suatu vihara, dan biksu tua disana pernah berkata pada saya. Tuan kelak anda pasti akan menjadi seorang yang sukses, namun anda haruslah berhati-hati, janganlah haus akan sex dan melakukan perzinahan”. Saya lalu berkata, “Wanita yang cantik siapa juga suka, bagaimana mungkin dapat mengendalikan nafsu keinginan ini?”. Lalu biksu tua itupun menjelaskan padaku, “Mengendalikan nafsu ini sebenarnya tidaklah sulit, dalam hatimu dapat timbul nafsu birahi itu karena kamu menyukai kecantikannya. Apabila wanita cantik itu kamu ibaratkan sebagai seekor siluman rubah, ular beracun atau setan dedemit (hantu), wajahnya kamu anggap seperti wajah dari orang berpenyakitan, pucat dan kurus atau seperti wajah setan, lalu anggaplah dandanan wajahnya seperti dandanan sebuah mayat, wajah hitam-kehitaman dan tampak sangat buruk, kemudian tubuhnya yang indah dan menggairahkan itu dianggap seperti satu penyakit menular yang dapat mengakibatkan badanmu membusuk dan hancur, atau bagaikan tubuh yang digerogoti oleh ulat disana-sini dan sangat mengerikan. Bisa berpikir demikian, api nafsu ini akan menjadi padam bagaikan mendapat siraman es yang dingin.” 

Lalu sambil tersenyum dia melanjutkan lagi, “Saya amat memuji ajaran-ajaran dari biksu tua itu, sehingga tidak berani melupakannya. Tadi begitu melihat parasmu yang cantik, saya juga ada perasaan tertarik, namun saat itu juga saya mencoba ajaran yang di atas tadi, langsung perasaan ini dingin seketika. Jika kamu dapat menjaga kesucian dirimu sampai selamanya, itulah satu perbuatan yang mulia, namun sebaliknya kamu hanya karena tertarik oleh ketampananku saja sudah tidak sanggup menahan diri lagi. Apabila kamu dapat berpikir seperti saya tadi, mana ada lagi gairah cinta? Lagipula mertuamu telah berusia lanjut dan anakmu masih kecil, apabila kamu berselingkuh dan pergi dengan diriku, mertua dan anakmu akan bagaimana jadinya?”

Karena melihat janda muda itu hanya menundukkan kepala saja, maka dia bercerita lagi, “Dahulu kala ada seorang wanita bernama Han Cu In, dikarenakan takut diganggu oleh penjahat pemerkosa, maka dia berani memotong hidungnya sendiri. Ada lagi seorang nyonya bangsawan yang dengan pecahan cermin melukai sepasang matanya sendiri. Masih banyak lagi wanita-wanita yang menjaga kesuciannya dengan cara yang unik, ada yang menjatuhkan diri ke dalam lubang tinja, ada yang bunuh diri, ada lagi yang berpura-pura gila dan bisu. Mereka semua hanya demi untuk menjaga kesucian diri, dan takut dinodai, sehingga menggunakan berbagai cara seperti itu.” 

Janda muda mendengar semua itu, merasa amat berterima kasih dan terharu hatinya. Lalu sambil meneteskan air mata dan berkata, “Terima kasih atas budi besar dari tuan penolong. Anda bukan hanya menjaga kesucian diriku, bahkan juga mengajariku cara untuk mengendalikan hawa nafsu ini. Mulai saat ini, hatiku akan seperti satu sumur tua yang selamanya bersih, juga bagaikan batu kumala yang berusia ratusan tahun. Dengan hati yang teguh, saya akan menjaga kesucian diri demi untuk membalas budi tuan penolong”. Setelah memberi hormat pada Jen Cie, dia berkata lagi, “Masalah ini harap jangan disebarluaskan lagi”. Lalu dengan cepat dia meninggalkan tempat itu.
Jen Cie membuat satu sajak yang berbunyi,

“Dunia yang indah dan penuh dengan warna-warni. 
Aku menzinahi istri orang, istriku dizinahi orang lain.
Di saat nafsu birahi muncul, kenanglah almarhum istri. 
Tubuh yang dipenuhi dengan ulat, lenyaplah nafsu itu.”

Di kemudian hari, janda muda itu akhirnya menjadi terkenal karena senantiasa menjaga kesucian dirinya dan Jen Cie menjadi Perdana Menteri Dinasti Tang (). Ini semua diperoleh dari keteguhan membina dirinya yang tak pernah berubah.

Tuan Chiu Yong Ik (丘鏞奕) membuat sajak pujian:"Menjaga diri dan berprinsip menghindari jodoh buruk. 
Dapat menasehati janda untuk teguh menjaga kesucian. 
Berbuat hal yang gemilang dengan pantang berzinah. 
Meninggalkan nama harum dan mengharukan TUHAN”.

1 komentar: